Archives

gravatar

Pantai Dreamland,bali

Keindahan Pantai Dreamland




Pantai Dreamland adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di sebelah selatan Bali di daerah bernama Pecatu. Pantai Dreamland dikelilingi oleh tebing-tebing yang menjulang tinggi, dan dikelilingi batu karang yang lumayan besar di sekitar pantai. Lokasi pantai ini berada dalam kompleks Bali Pecatu Graha (Kuta Golf Link Resort) yaitu sekitar 30 menit dari pantai Kuta.
Pantai Dreamland sendiri hampir mirip dengan pantai Kuta. Pasir putih dan celah karang yang terjal menjadi pemandangan yang begitu memikat mata untuk dipandang. Lokasi berpasir putih bersih di pantai sempit tepat di bawah dinding karang curam cocok untuk menikmati matahari tenggelam atau sekedar menyaksikan atraksi para peselancar. Ombaknya yang tinggi dan besar banyak diminati oleh para penggemar olahraga selancar air (surfing), bahkan Dreamland sudah dijadikan semacam surfing spot baru untuk kawasan Bali.
Pantai yang mempesona di Bali tak hanya Kuta atau Sanur. Satu lagi yang mulai dilirik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara adalah Pantai Dreamland. Ya, dari namanya pantai ini memang menyajikan segala impian tentang keindahan pantai. Mulai dari hamparan pasirnya yang putih, hingga ombaknya yang bergulung-gulung besar sangat cocok untuk olahraga selancar (surfing). Tak hanya itu, pantai ini juga terletak di balik bukit, sehingga pemandangan alam sejak pertama kali menyusuri bukit ini terhampar begitu indah. Kawasan eksotis ini juga cukup dekat dengan obyek wisata religi di Bukit Pecatu, yaitu Pura Luhur Uluwatu yang telah dibangun sejak abad ke-11 Masehi.Keberadaan `Dreamland` sebetulnya menyimpan kisah kurang sedap di balik proses pembangunannya. Pada awalnya, kawasan pantai ini merupaan daerah miskin dengan pendapatan penduduknya dari bertani di lahan yang tandus. Kawasan Selatan Pulau Bali memang dikenal sebagai daerah perbukitan kapur yang tandus. Namun pada awal tahun 1990-an, dimulailah proyek pembangunan kawasan ini oleh PT Bali Pecatu Graha (BPG). PT BPG mulai memborong 900 hektar tanah untuk disulap menjadi resor mahal dengan nama `Resor Pecatu Indah`.Sayangnya, proses pembebasan lahan ternyata tidak berjalan mulus. Sebagian besar tanah dibebaskan dengan harga yang sangat murah, bahkan tak sedikit yang belum dibayar. Pada bulan Juni 1996, penduduk Desa Pecatu mulai menuntut haknya ke DPRD Bali, dan pada  Januari 1997 kepada anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di Denpasar. Tapi tuntutan mereka tak mendapat hasil, sementara proyek BPG berjalan mulus. Kendati merasa terpaksa atas pembebasan lahan mereka, akhirnya warga Pecatu berharap proyek BPG kelak dapat menjamin masa depan mereka. Tentu tidak lagi sebagai petani miskin, melainkan menjadi bagian dalam bisnis jasa pariwisata. Itulah mengapa kawasan ini dinamai `Dreamland`, tanah impian.

Pada krisis ekonomi yang berujung pada Reformasi pada tahun 1998, membuat perjalanan proyek BPG berjalan tersendat. Hingga pada akhirnya berbagai fasilitas dan sarana yang telah berhasil dibangun akhirnya dikelola oleh warga. Dengan daya tarik pantai yang tak kalah dengan Pantai Kuta, obyek wisata pantai di Desa Pecatu ini mampu menjadi salah satu ladang penghasilan bagi warganya.
Lokasi pantai Dreamland memang cukup unik. Wisatawan yang mengunjungi pantai ini akan berdecak kagum saat turun dari kendaraan dan berjalan menuju puncak tebing terjal di kawasan Desa Pecatu. Hamparan pasir putih yang membentang dilengkapi tempat duduk dengan payung-payung pantai, gulungan ombak yang cukup besar, serta para peselancar yang sedang asik menerjang ombak menjadi `menu pembuka` yang enak untuk dilihat. Tak heran jika pantai ini juga dijuluki New Kuta Dreamland, karena daya tariknya dianggap menyamai pantai paling terkenal di Pulau Bali tersebut.


Dari tebing tinggi ini, wisatawan dapat menuruni anak-anak tangga menuju Pantai Dreamland. Berbeda dengan Pantai Kuta atau Sanur, kawasan Dreamland relatif lebih sepi, sehingga cukup nyaman untuk menikmati suasana alam yang ada. Anda tak usah khawatir akan dikejar-kejar pedagang cenderamata atau tukang pijat seperti di pantai-pantai lainnya di Bali. Di tepi pantai Anda dapat menyewa kursi yang dilengkapi payung pantai. Harganya sekitar Rp50.000,00 untuk setiap kursi (Mei 2009). Mungkin harga tersebut cukup mahal, namun tentu akan sebanding dengan kenikmatan berjemur sambil menikmati es kelapa muda atau menyaksikan para peselancar menjajal kemampuannya.
Di atas hamparan pasir putih, wisatawan dapat berjalan-jalan, bermain pasir, bermain voli pantai, atau mengadakan berbagai game seru bersama teman atau keluarga. Tebing-tebing karang di tepi pantai ini menyajikan pemandangan ceruk-ceruk karang yang menakjubkan. Lokasinya yang berada di bawah tebing karang juga menjadi tempat yang cukup tepat untuk menyaksikan matahari tenggeam (sunset). Pada musim hujan, tebing-tebing terjal ini akan dipenuhi oleh rumput dan semak belukar, sehingga nampak seperti hamparan padang savana.

Apabila ingin berenang, Anda dapat langsung menceburkan diri ke laut. Kawasan pantai ini masih asri dengan air yang sangat jernih. Namun, wisatawan yang tidak bisa berenang disarankan untuk tidak bermain air, sebab ombak di pantai ini terkenal cukup besar sehingga dapat menyeret wisatawan ke tengah Laut. Gulungan ombak besar di Pantai Dreamland saat ini menjadi salah satu surga bagi para peselancar domestik maupun mancanegara.Pantai Dreamland berada di ujung Selatan Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Indonesia.

Kawasan Pantai Dreamland berdekatan dengan salah satu Pura Sad Kahyangan (pura penyangga poros mata angin di Bali), yaitu Pura Luhur Uluwatu. Untuk sampai di Pantai Dreamland, dari Pantai Kuta, wisatawan dapat menuju Desa Pecatu melalui Jimbaran, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Dari Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, dapat ditempuh dengan perjalanan sekitar 20 menit. Sementara dari Bandara Ngurah Rai, Bali atau dari Kota Denpasar, dibutuhkan + 45 menit untuk sampai di Pantai Dreamland. Apabila wisatawan tidak menggunakan kendaraan pribadi, wisatawan dapat memanfaatkan jasa agen wisata atau agen perjalanan, bus pariwisata, taksi, atau persewaan mobil dan motor

Di kawasan Pantai Dreamland terdapat kafe serta pedagang makanan dan minuman ringan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Bagi wisatawan yang tidak membawa pakaian renang, bisa membeli pakaian renang yang dijual di sekitar pantai. Di Pantai ini juga telah tersedia fasilitas kamar mandi atau kamar bilas, dengan harga sewa Rp5.000,00 untuk buang air kecil dan Rp10.000,00 untuk buang air besar (Mei 2009).Jika ingin menginap, terdapat puluhan resor atau vila dengan harga yang cukup bervariasi. Beberapa resor bahkan dibangun di atas tebing sehingga wisatawan yang menginap dapat menikmati keindahan Pantai Dreamland dari atas tebing. Vila-vila dengan tarif yang cukup mahal (sekitar 262-850 USD per hari) menyediakan kolam renang privat untuk wisatawan yang menginap di vila tersebut.


Read More...
gravatar

Wujud Kebudayaan

SONGKET


         Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu dan Minangkabau di Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Songket digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang.

         Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti "mengait" atau "mencungkil". Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai. Istilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak’. 
         Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawan Kesultanan Melayu. Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket. Beberapa kain songket tradisional Sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu.           Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan hewan dan tumbuhan setempat. Motif ini seringkali juga dinamai dengan nama kue khas Melayu seperti serikaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan penganan kegemaran raja.

          Penenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sementara orang teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India atau Arab. Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper. Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam, yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu sekitar tahun 1500-an. Industri kecil rumahan tenun songket kini masih bertahan di pinggiran Kota Bahru dan Terengganu. Akan tetapi menurut penenun Terengganu, justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan teknik menenun ini pertama kali di Palembang dan Jambi, yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11)
          Dokumentasi mengenai asal-usul songket masih tidak jelas, kemungkinan tenun songket mencapai semenanjung Malaya melalui perkawinan atau persekutuan antar bangsawan Melayu, karena songket yang berharga kerap kali dijadikan maskawin atau hantaran dalam suatu perkawinan. Praktik seperti ini lazim dilakukan oleh negeri-negeri Melayu untuk mengikat persekutuan strategis. Pusat kerajinan songket terletak di kerajaan yang secara politik penting karena bahan pembuatannya yang mahal; benang emas sejatinya memang terbuat dari lembaran emas murni asli. Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kotaPalembang. 

          Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak di pedalaman Jambi dan dataran tinggi Minangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batu mirah delima yang belum diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini belum ada bukti pasti bahwa penenun lokal telah menggunakan benang emas seawal tahun 600-an hingga 700-an masehi. Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk "Ratu Segala Kain". 
          Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung.Songket sebagai busana diraja juga disebutkan dalam naskah Abdullah bin Abdul Kadir pada tahun 1849.
          Songket memiliki motif-motif tradisional yang sudah merupakan ciri khas budaya wilayah penghasil kerajinan ini. Misalnya motif Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai Putiah, Barantai Merah, Tampuak Manggih, Salapah, Kunang-kunang, Api-api, Cukie Baserak, Sirangkak, Silala Rabah, dan Simasam adalah khas songket Pandai Sikek, Minangkabau. Beberapa pemerintah daerah telah mempatenkan motif songket tradisional mereka. Dari 71 motif songket yang dimiliki Sumatera Selatan, baru 22 motif yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dari 22 motif songket Palembang yang telah terdaftar di antaranya motif Bungo Intan, Lepus Pulis, Nampan Perak, dan Limar Beranti. Sementara 49 motif lainnya belum terdaftar, termasuk motif Berante Berakam pada seragam resmi Sriwijaya Football Club. Selain motif Berante Berakam, beberapa motif lain yang belum terdaftar yakni motif Songket Lepus Bintang Berakam, Nago Besaung, Limar Tigo Negeri Tabur Intan, Limar Tigo Negeri Cantik Manis, Lepus Bintang Penuh, Limar Penuh Mawar Berkandang, dan sejumlah motif lain.

         Ditinjau dari bahan, cara pembuatan, dan harganya, songket semula adalah kain mewah para bangsawan yang menujukkan kemuliaan derajat dan martabat pemakainya. Akan tetapi kini songket tidak hanya dimaksudkan untuk golongan masyarakat kaya dan berada semata, karena harganya yang bervariasi, dari yang biasa dan terbilang murah, hingga yang eksklusif dengan harga yang sangat mahal. Kini dengan digunakannya benang emas sintetis maka songket pun tidak lagi luar biasa mahal seperti dahulu kala yang menggunakan emas asli. Meskipun demikian, songket kualitas terbaik tetap dihargai sebagai bentuk kesenian yang anggun dan harganya cukup mahal.
          Sejak dahulu kala hingga kini, songket adalah pilihan populer untuk busana adat perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh dan Bali. Kain ini sering diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin wanita sebagai salah satu hantaran persembahan perkawinan. Di masa kini, busana resmi laki-laki Melayu pun kerap mengenakan songket sebagai kain yang dililitkan di atas celana panjang atau menjadi destar, tanjak, atau ikat kepala. Sedangkan untuk kaum perempuannya songket dililitkan sebagai kain sarung yang dipadu-padankan dengan kebaya atau baju kurung. Meskipun berasal dari kerajinan tradisional, industri songket merupakan kerajinan yang terus hidup dan dinamis. Para pengrajin songket terutama di Palembang kini berusaha menciptakan motif-motif baru yang lebih modern dan pilihan warna-warna yang lebih lembut. Hal ini sebagai upaya agar songket senantiasa mengikuti zaman dan digemari masyarakat. Sebagai benda seni, songket pun sering dibingkai dan dijadikan penghias ruangan. Penerapan kain songket secara modern amat beraneka ragam, mulai dari tas wanita, songkok, bahkan kantung ponsel.


          Di Indonesia, pusat kerajinan tangan tenun songket dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok dan Sumbawa. Di pulau Sumatera pusat kerajinan songket yang termahsyur dan unggul adalah di daerah Pandai Sikek dan Silungkang, Minangkabau, Sumatera Barat,serta diPalembang, Sumatera Selatan. Di Bali, desa pengrajin tenun songket dapat ditemukan di kabupaten Klungkung, khususnya di desa Sidemen dan Gelgel. Sementara di Lombok, desa Sukarara di kecamatan Jonggat, kabupaten Lombok Tengah, juga terkenal akan kerajinan songketnya. Di luar Indonesia, kawasan pengrajin songket didapati di Malaysia; antara lain di pesisir timur Semenanjung Malaya khususnya industri rumahan di pinggiran Kota Bahru,Kelantan dan Terengganu; serta di Brunei.



x

Read More...

Postingan Populer