Archives

gravatar

KAMERA PEMANTAU RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN RASPBERRY PI

KAMERA PEMANTAU RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN  RASPBERRY PI
Pada saat ini perkembangan teknologi sangatlah pesat yang bias dilihat dari banyaknya alat-alat yang telah diciptakan untuk membantu meringankan pekerjaan manusia, salah satunya dibidang multimedia yaitu kamera. Kamera bisa digunakan untuk merekam video, kamera yang juga dapat dikoneksikan melalui jaringan adalah webcamera. Webcamera itu sendiri terhubung ke computer melalui kabel USB.
Webcam juga banyak digunakan untuk monitoring keadaan disekitar jangkauan webcamera atau yang biasa disebut CCTV. Dengan adanya kamera pengintai tersebut, kita dapat memonitoring tingkah laku seseorang dari jarak jauh tanpa harus mendekati orang tersebut. Pada saat ini banyak sekali kasus pencurian yang terjadi baik itu pada malah hari maupun siang hari, tidak hanya ditempat pertokoan saja yang dijadikan sasaran pencurian tapi didaerah perumahan pun  bisa menjadi sasaran aksi pencurian, dengan kondisi rumah yang sepi adalah alasan dijakinannya sebuah komplek perumahan sebagai sasaran dari aksi pencurian. Salah satu alat yang digunakan didalam penulisan ini adalah Raspberry PI, berdasarkan pembahasan diatas, penulis membuat suatu penulisan yang berjudul “KAMERA PEMANTAU RUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN  RASPBERRY PI”. Sistem ini diharapkan bisa mempermudah masyarakat untuk memonitoring tindak pencurian yang selama ini sering terjadi
Mengenai tahapan yang dilakukan untuk membuat rancang bangun sistem monitoring keamanan rumah dengan menggunakan raspberry pi dan tahapan untuk membuat notifikasi atau pemberitahuan melalui email dengan menggunakan raspberry pi. Jadi jika terjadi sebuah perubahan kondisi yang terekam dalam webcamera maka raspberry pi akan mengirimkan pemberitahuan tersebut dalam bentuk gambar. Sistem monitoring ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah melakukan pengawasan dimana saja dan kapan saja bisa menggunakan laptop maupun dengan menggunakan handphone dengan syarat berada di jangkauan wireless. Tahapan yang dilakukan adalah tahap analisis, tahap perancangan, tahap pembuatan dan tahap pengujian. Hasil pengujian yang di dapat adalah sistem yang dapat dioperasikan sesuai dengan tujuan pembuatannya.


ANALISIS DAN PERANCANGAN



Tahapan Penelitian

Dalam penulisan ini tahapan penelitian yang dilakukan antara lain :

Dalam tahapan analisis berisi penjelasan mengenai software dan hardware yang digunakan serta penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam penulisan ini. Dalam tahapan perancangan berisi arsitektur dari sistem yang akan dibuat dan alur flowchart dari sistem tersebut. Dalam tahap pembuatan berisi pembahasan proses pembuatan dan pengistalan software dan hardware yang digunakan untuk sistem tersebut. Dan dalam tahapan uji coba berisi pengujian yang dilakukan pada sistem tersebut.



Tahapan Analisis

Pada penulisan ini berisi penjelasan mengenai pendukung sistem yang akan dijalankan. Pada tahapan ini berisi analisis kebutuhan fungsional dan analisis kebutuhan non fungsional sesuai kebutuhan yang diperlukan untuk mendukung kinerja dari sistem yang akan dibuat.

Analisis Kebutuhan Fungsional

Analisis kebutuhan fungsional berisi fungsi utama dari sistem yang telah

dibuat yaitu untuk melakukan monitoring menggunakan raspberry pi. Dimana monitoring tersebut dapat dilihat melalui handphone dan laptop dengan syarat handphone dan laptop tersebut sudah terhubung dengan wireless yang sama dengan raspberry pi . Hasil objek yang terdeteksi melalui webcam tersebut akan dikirimkan dalam format jpg melalui email. Dan email tersebut dapat dilihat melalui handphone dan laptop.


Analisis Kebutuhan Non Fungsional

Analisis kebutuhan non fungsional dilakukan untuk mengetahui spesifikasi

kebutuhan untuk sistem. Spesifikasi kebutuhan tersebut melibatkan software dan hardware yang diperlukan untuk mendukung pembuatan sistem monitoring tersebut.

Software Atau Perangkat Lunak

Perangkat lunak digunakan untuk memberikan perintah-perintah kepada perangkat keras untuk melakukan instruksi-instruksi. Berikut kriteria dari perangkat lunak yang dibutuhkan untuk mendukung perangkat lunak monitoring ini :

·         Sistem Operasi Raspbian berbasis Linux Debian di Raspberry PI

·         Sistem Operasi Windows 7 64 bit di Laptop Asus A450L

·         Software XMING

·         Software Putty

·         Software Ultra VNC Viewer

Hardware Atau Perangkat Keras

Perangkat keras digunakan untuk mendukung kinerja dari sebuah aplikasi monitoring untuk kemanan tersebut. Dalam pembuatan aplikasi monitoring ini perangkat keras yang digunakan antara lain :

·         Laptop Asus A455L

·         Raspberry pi Model 2

·         Kamera Webcam

·         Handphone iPhone4s

·         Wireless Portable


Tahapan Perancangan

Dalam tahapan perancangan ini berisi pembahasan tentang arsitektur dari

sistem yang akan dibuat dan alur flowchart dari sistem tersebut.


Arsitektur Sistem Monitoring

Sistem  monitoring  keamanan  ini  digunakan  untuk  mengawasi  suatu

ruangan atau tempat. Pada aplikasi ini menggunakan rumah sebagai tempat untuk monitoring. Proses monitoring ini adalah jika seseorang bergerak melewati kamera webcam yang sudah terhubung dengan raspberry pi maka kamera tersebut akan mendeteksi adanya pergerakan dan akan mengirimkan data ke server dan dari server tersebut akan mengirimkan sebuah pemberitahuan ke sebuah email yang sudah diatur sesuai keinginan tersebut dan melalui handphone bisa memonitoring keadaan di lingkungan tersebut dengan streaming video menggunakan koneksi dari wireless tersebut. Gambaran arsitektur tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1.

         Gambar 3.1 Arsitektur Sistem


Keterangan :
Pada gambar 3.1 menjelaskan arsitektur dari sistem yang akan dibangun. Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

Ø    USB Webcam dihubungkan ke port USB Raspberry PI.

Ø    Port ethernet/LAN/RJ-45 Raspberry PI dikoneksikan ke wireless portable.

Ø    Untuk melakukan remote Raspberry PI di laptop menggunakan koneksi internet dimana laptop dan Raspberry PI tersebut sudah terkoneksi ke
wireless portable.

Ø    Pemberitahuan dari Raspberry PI  ke handphone menggunakan email.

Ø    Karena sudah terhubung dengan wireless portable maka dapat memantau situasi rumah yang dilihat menggunakan webcam melalui handphone.


Flowchart

Pada    penulisan   ini,   adalah   flowchart   yang   digunakan   untuk

menggambarkan alur untuk menggambarkan jalannya aplikasi yang dapat dilihat

pada gambar 3.2.
Gambar 3.2. Flowchart Aplikasi




Read More...
gravatar

PEMBUNUHAN MARSINAH 1993

PEMBUNUHAN MARSINAH 1993

Kasus Marsinah
Marsinah hanyalah seorang buruh pabrik dan aktivis buruh yang bekerja pada PT Catur Putra Surya (CPS) di Porong Sidoarjo, Jawa Timur. Ia ditemukan tewas terbunuh pada tanggal 8 Mei 1993 diusia 24 tahun. Otopsi dari RSUD Nganjuk dan RSUD Dr Soetomo Surabaya menyimpulkan bahwa Marsinah tewas kerena penganiayaan berat.

Marsinah adalah salah seorang dari 15 orang perwakilan para buruh yang melakukan perundingan dengan pihak perusahaan. Awal dari kasus pemogokan dan unjuk rasa para buruh karyawan CPS bermula dari surat edaran Gubernur Jawa Timur No. 50/Th. 1992 yang berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya dengan memberikan kenaikan gaji sebesar 20% gaji pokok. Himbauan tersebut tentunya disambut dengan senang hati oleh karyawan, namun di sisi pengusaha berarti tambahannya beban pengeluaran perusahaan. Pada pertengahan April 1993, Karyawan PT. Catur Putera Surya (PT. CPS) Porong membahas Surat Edaran tersebut dengan resah. Akhirnya, karyawan PT. CPS memutuskan untuk unjuk rasa tanggal 3 dan 4 Mei 1993 menuntut kenaikan upah dari Rp 1700 menjadi Rp 2250.

Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim) Sidoarjo. Di tempat itu mereka dipaksa mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah karyawan masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap.

Mulai tanggal 6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai akhirnya ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993.

Pada tanggal 30 September 1993 dibentuk tim Bakorstanasda Jatim  untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan kasus pembunuhan Marsinah. Sebagai penanggung jawab Tim Terpadu adalah Kapolda Jatim dengan Dan Satgas Kadit Reserse Polda Jatim dan beranggotakan penyidik/penyelidik Polda Jatim serta Den Intel Brawijaya.

Delapan petinggi PT CPS ditangkap secara diam-diam dan tanpa prosedur resmi, termasuk Mutiari selaku Kepala Personalia PT CPS dan satu-satunya perempuan yang ditangkap, mengalami siksaan fisik maupun mental selama diinterogasi di sebuah tempat yang kemudian diketahui sebagai Kodam V Brawijaya. Setiap orang yang diinterogasi dipaksa mengaku telah membuat skenario dan menggelar rapat untuk membunuh Marsinah. Pemilik PT CPS, Yudi Susanto, juga termasuk salah satu yang ditangkap.

Baru 18 hari kemudian, akhirnya diketahui mereka sudah mendekam di tahanan Polda Jatim dengan tuduhan terlibat pembunuhan Marsinah. Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi, mengungkap adanya rekayasa oknum aparat kodim untuk mencari kambing hitam pembunuh Marsinah.

Secara resmi, Tim Terpadu telah menangkap dan memeriksa 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan terhadap Marsinah. Salah seorang dari 10 orang yang diduga terlibat pembunuhan tersebut adalah Anggota TNI.

Hasil penyidikan polisi ketika menyebutkan, Suprapto (pekerja di bagian kontrol CPS) menjemput Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik, lalu dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan Puspita, Surabaya. Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS) mengeksekusinya.

Di pengadilan, Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah stafnya yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka naik banding ke Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas. Dalam proses selanjutnya pada tingkat kasasi, Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni). Putusan Mahkamah Agung RI tersebut, setidaknya telah menimbulkan ketidakpuasan sejumlah pihak sehingga muncul tuduhan bahwa penyelidikan kasus ini adalah “direkayasa”.

Kasus ini menjadi catatan ILO (Organisasi Buruh Internasional), dikenal sebagai kasus 1713.  Hingga kini kasus Marsinah tetap menjadi misteri dan menjadi sejarah kelam ranah hukum di Indonesia.
Sumber: Yudhe. 8 Kasus Besar Yang Tetap Menjadi Misteri Di Indonesia.Http://Www.Yudhe.Com/8-Kasus-Besar-Yang-Tetap-Menjadi-Misteri-Di-Indonesia/. Diakses hari Minggu tanggal 20 Oktober 2013.
                                                                                                                              
Analisis Kasus    
 Kasus pembunuhan Marsinah di atas merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat. Alasannya adalah unsur penyiksaan dan pembunuhan sewenang-wenang di luar putusan pengadilan terpenuhi. Dengan demikian, kasus tersebut tergolong patut dianggap kejahatan kemanusiaan yang diakui oleh peraturan hukum Indonesia sebagai pelanggaran HAM berat.

Jika merujuk pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945), jelas bahwa tindakan pembunuhan merupakan upaya berlebihan dalam menyikapi tuntutan marsinah dan kawan-kawan buruh. Jelas bahwa tindakan oknum pembunuh melanggar  hak konstitusional Marsinah, khususnya hak untuk menuntut upah sepatutnya. Hak tersebut secara tersurat dan tersirat ditegaskan dalam Pasal 28D ayat (2) UUD NRI tahun 1945, bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan  layak dalam hubungan kerja.

Memperoleh kenaikan upah agar layak dan  adil merupakan hak konstitusional. Imlikasinya, pelanggaran terhadap amanah konstitusi tersebut merupakan pelanggaran  HAM, mengingat fungsi konstitusi salah satunya mengatur dan melindungi HAM. Terkhusus dalam  kasus marsinah, dasar hukum  secara eksplisit para penuntut pun telah ada, yaitu Surat Edaran Gubernur Jawa Timur No. 50/Th. 1992 yang berisi himbauan kepada pengusaha agar menaikkan kesejahteraan karyawannya.

Berkumpul ataupun berkelompok dengan tujuan melakukan tindakan  pemogokan dan unjuk rasa pun telah mendapat perlindungan hukum, bahkan dimasukkan HAM golongan hak atas kebebasan pribadi. Tentu dengan syarat bahwa kumpulan massa tersebut tidak melakukan tindakan anarkis. Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan; setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud-maksud yang damai.

Jika melihat kasus Marsinah, tindakan unjuk rasanya tidak menunjukkan dugaan kecenderungan pada aksi anarkis. Rapat, mogok kerja, dan unjuk rasa merupakan hak konstitusional dalam sebuah negara demokratis seperti di Indonesia. Selain atas dasar hukum, perlindungan terhadap hak menyatakan pendapat tersebut tentu untuk mewujudkan nilai-nilai keadilan dalam masyarakat, termasuk dalam persoalan upah buruh. Terlebih lagi, pada kasus Marsinah, jelas bahwa pihak perusahaan memang tidak mematuhi keputusan gubernur mengenai peningkatan upah buruh.

Keseimbangan beban kerja dengan upah buruh memang merupakan keniscayaan dalam sebuah sistem perekonomian yang berbasis pada kekuatan modal, termasuk di Indonesia. Keengganan pihak perusahaan membiarkan aksi pemogokan terjadi karena berakibat kerugian sangat tidak mendasar. Aksi pemogokan pun merupakan konsekwensi sistem pengupahan yang tidak adil dan tidak sesuai aturan. Sebagai jaminan keseimbangan beban kerja dan upah, dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM menggolongkan aksi mogok sebagai HAM. Pasal 25 undang-undang tersebut menyatakan; setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di muka umum, termasuk hak untuk mogok sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Berlandaskan aturan hukum  positif, sama sekali tidak ada dasar legitimasi untuk melarang aksi unjuk rasa. Meskipun demikian, tetap diharapkan bahwa kesepakatan cepat tercapai melalui cara perundingan, baik dengan mediasi ataupun secara langsung oleh para pihak. Jika terjadi  aksi penuntutan secara berkelompok sebagai cara akhir, maka posisi  pihak kontra  adalah menyerap aspirasi, sedangkan aparat keamanan berwajib menjamin terciptanya komunikasi baik antarkedua belah pihak.

Jika harus berasumsi dalang di balik pembunuhan marsinah, maka secara umum dapat dicap oknum yang kontra terhadap aksi-aksi demontrasi, dan bisa dikhususkan kepada oknum perusahaan yang memang tidak setuju terhadap kenaikan upah buruh. Putusan kasasi pada Mahkamah Agung (MA) membebaskan seluruh pihak dari segala dakwaan (bebas murni) memang berpotensi menimbulkan sejumlah pertanyaan. Meski telah nyata ada orang yang terbunuh, namun tak satu pun pelaku terjerat hukuman. Asumsi aparat keamanan (polisi atau TNI) sebagai pelaku dapat didasarkan dengan alibi bahwa yang menyuruh melakukan tindak pidana adalah pihak dari perusahaan, sedangkan aparat keamanan hanya sebagai eksekutor pesanan perusahaan. Sedangkan asumsi pihak perusahaan  sebagai pelaku tunggal dapat dikarenakan kepentingan mereka yang terganggu dengan aksi Marsinah. Melihat sejumlah pelaku yang sebelumnya diduga terlibat terdiri atas oknum perusahaan dan aparat TNI, maka berat kemungkinan memang terjadi persekongkolan. Namun kenyataan tidak dapat dibuktikan, mungkin saja  karena kuatnya pengaruh institusi TNI yang mungkin saja terlibat.

Melihat kenyataan di atas, perlu tindakan hukum untuk menuntaskan pelanggaran HAM, baik sebelum ataupun setelah dibentuk di bentuknya Pengadilan HAM. Tindakan tersebut tentu penting mengingat HAM adalah muatan konstitusi dan merupakan perhatian seluruh pihak nasional dan internasional. Perangkat pengadilan dan aturan hukum perlindungan HAM pun telah memadai, sehingga untuk sekarang, penerapannya yang perlu dimaksimalkan.


Read More...

Postingan Populer